Wednesday, 19 December 2012

Lebah Madu Sang Arsitek Alam Nomor Satu Di Dunia



Lebah Madu Sang Arsitek Alam Nomor Satu Di Dunia


Lebah madu hidup sebagai koloni dalam sarang yang mereka bangun dengan sangat teliti. Dalam tiap sarang terdapat ribuan kantung berbentuk heksagonal atau segi enam yang di buat untuk menyimpan madu. Yang manjadi pertanyaan kita sekarang, mengapa lebah-lebah itu membuat bentuk sarangnya berbentuk heksagonal?

Para ahli matematika mencari jawaban atas pertanyaan ini, dan setelah melakukan perhitungan yang panjang dihasilkan jawaban yang sangat menarik. Cara terbaik membangun gudang simpanan dengan kapasitas terbesar dan menggunakan bahan bangunan sedikit mungkin adalah dengan membuat dinding berbentuk heksagonal. Mari kita bandingkan dengan bentuk yang lain. Andaikan lebah membangun kantung-kantung penyimpan tersebut dalam bentuk tabung, atau seperti prisma segitiga, maka akan terbentuk celah kosong diantara kantung satu dengan lainnya, dan lebih sedikit madu yang tersimpan. Kantung madu berbentuk segitiga atau persegi bisa saja dibuat tanpa meninggalkan celah kosong. Tapi di sini, ahli matematika menyadari satu hal terpenting. Dari semua bentuk geometris tersebut yang memiliki keliling paling kecil adalah heksagonal. Karena alasan inilah, walaupun bentuktersebut menutupi luasan areal yang sama, material yang diperlukan untuk membangun bentuk heksagonal lebih sedikit dibandingkan dengan persegi atau segitiga. Singkatnya, suatu kantung heksagonal adalah bentuk terbaik untuk memperoleh kapasitas simpan terbesar, dengan bahan baku lilin dalam jumlah paling sedikit.

Hal lain yang menggagumkan tentang lebah madu ini adalah kerjasama diantara mereka dalam membangun kantung-kantung madu ini. Bila kita mengamati sarang lebah yang telah jadi, kita berpikir bahwa rumah tersebut terbangun sebagai blok tunggal. Padahal sebenarnya, lebah mulai membangun rumahnya dari titik yang berbeda-beda. Ratusan lebah menyusun rumahnya dari tiga atau empat titik awal yang berbeda. Mereka melanjutkan penyusunan bangunan tersebut sampai bertemu ditengah-tengah. Tidak ada kesalahan sedikitpun pada tempat mereka bertemu. Lebah juga menghitung besar sudut antara rongga satu dengan lainnya pada saat membangun rumahnya. Suatu rongga dengan rongga dibelakangnya selalu dibangun dengan kemiringan tiga belas derajat dari bidang datar. Dengan begitu, kedua sisi rongga berada pada posisi miring ke atas. Kemiringan ini mencegah madu agar tidak mengalir keluar dan tumpah. ( Harun Yahya)

No comments:

Post a Comment